Jumat, 13 Januari 2012

SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 2 "Sosialisasi Sebagai Proses Dalam Pembentukan Kepribadian"

Pengertian Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
1.       Sosialisasi
·         Menurut kamus besar bahasa indonesia
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. Sehingga sosialisasi dapat diartikan sebagai proses sosial yang terjadi  jika seseorang individu menghayati dan melaksanakan norma kelompok dimana ia hidup, sehingga merasa menjadi bagian dari kelompoknya.
·         Koentjaraningrat
Proses sosialisasi adalah proses belajar  yang dialami individu sejak masa kanak-kanak sampai masa tuanya. Ia belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekeliling yang mengembangkan aneka peran yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
·         Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah suatu proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku orang-orang didalam kelompoknya.
·         Robert M.Z. Lawang
Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
·         Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dan berprestasi dalam masyarakat.
·         Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
2.       Kepribadian
·         Koentjaraningrat
Kepribadian adalah unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan timhkah laku tiap manusia, atau kepribadian adalah ciri-ciri watak seseorang yang konsisten sebagai identitas diri terhadap lingkungan.
·         Yinger 
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
·         M.A.W Bouwer
Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
·         Cuber
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
·         Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Peran Nilai dan Norma Dalam sosialisasi
Dalam proses sosialisasi, nilai dan norma merupakan sesuatu yang harus dipelajari individu. Pengetahuan tentang nilai dan norma sosial sangat penting dalam proses sosialisasi. Hal itu dimaksudkan agar manusia mampu melakukan penyesuaian terhadap nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat. Nilai dan norma disosialisasikan kepada generasi yang lebih muda sebagai pedoman perilaku serta sikap individu di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Dapat diartikan bahwa proses sosialisasi adalah proses memahami nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini maka peranan nilai dan norma merupakan pembentuk pola perilaku individu agar sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.
Tahap-tahap Sosialisasi (perkembangan manusia)
·         Persiapan (Prepatory Stage)
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam sosialisasi yang dilakukan oleh manusia. Pada tahap ini dimulai sejak manusia lahir di dunia, sejak saat itulah seseorang sudah memiliki persiapan untuk melakukan tindakan sesuai dengan lingkungannya. Contohnya, mengenali posisinya dalam keluarga, mengucapkan kata “ayah” atau “ibu”, dan lain-lain. Kemampuan individu mengenali diri dan lingkungannya dipengaruhi oleh kemampuan berpikirnya. Kemampuan berpikir individu dalam masa kecil memungkinkan seorang individu untuk menyiapkan dirinya dalam berinteraksi.
·         Tahap Meniru (Play Stage)
Pada tahap ini seorang anak dapat mulai meniru secara sempurna. Seorang individu mulai meniruka beberapa hal  yang ia lihat atau ia dengar dari lingkungan sekitarnya. Pada tahap ini anak mengenal “signiificant other” yaitu orang-orang disekitarnya yang dianggap penting bagi pertumbuhan dan pembentukan diri, Misalnya : ayah, ibu, kakak, yang sering berinteraksi dengannya. Contoh : seorang anak kecil selalu meniru apa yang dikerjakan orang di sekitarnya dan menerima apa yang sudah dilihatnya.
·         Tahap Siap Bertindak (Game stage)
Pada tahap ini, peniruan yang dilakukan seseorang mulai berkurang dan digantikan oleh peranan yang secara langsung dimainkan oleh diri sendiri dan penuh kesadaran. Seorang anak mulai menyadari adanya norma-norma yang harus dipahami, baik yang berlaku dalam keluarga maupun masyarakat. Ia mulai melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan norma dan aturan yang seharusnya diikuti dan dilakukan. Pada tahap ini, seseorang mulai siap menjadi partisipan aktif dalam masyarakat. 
·         Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)
Pada tahap ini, seseorang disebut sebagai manusia dewasa. Dia bukan hanya menempatkan dirinya pada posisi orang lain, tetapi juga dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Individu tersebut telah mampu berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami perannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Seseorang telah menyadari pentingnya peraturan-peraturan sehingga kemampuan bekerjasama menjadi mantap, dan  dalam tahap ini manusia telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian
·         Warisan Biologis (keturunan)
Faktor keturunan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Warisan biologis menyediakan bahan mentah kepribadian dan bahan mentah ini dapat dibentuk dengan berbagai cara. Seseorang terlahir ada yang sempurna secara biologis dan ada yang mempunyai kekurangan biologis. Seorang yang terlahir secara sempurna akan mempunyai sikap yang penuh percaya diri karena merasa bahwa dirinya sama dengan orang lain. Mereka mempunyai kaki, tangan, dan panca indra yang sempurna. Lainlagi dengan orang yang lahir dengan beberapa kekurangan biologis, mereka akan merasa rendah diri atau kurang percaya diri karena merasa ada yang kurang dari diri mereka.
·         Lingkungan Fisik (geografis)
Faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi kepribadianseseorang adalah kondisi fisik tempat tinggal mereka, antara lain kondisi topografi (permukaan atau relief bumi), iklim, dan sumber daya alam. Contohnya : orang yang hidup di daeran pegunungan yang mengembangkan pertanian akan berbeda kepribadiannya dengan orang yang hidup di tepi pantai sebagai nelayan.
·         Kebudayaan
Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh kebudayaan khusus dapat dilihat pada kehidupan masyarakat desa dan kota. Masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota. Masyarakat desa terbiasa melakukan segala hal secara bersana-sama, dengan demikian mereka akan mempunyai rasa kebersamaan yang tinggi dan rasa tolong-menolong yang tinggi pula. Lain lagi dengan masyarakat kota yang cenderung bersifat individualis karena mereka terbiasa melakukan berbagai hal secara individu.
·         Pengalaman Kelompok
Pengalaman Kelompok. Melalui pengalaman kelompok, seseorang akan melihat bagaimana menilai diri sendiri atau bagaimana membentuk jati dirinya.
·         Pengalaman Unik
Menurut Paul B.Horton, kepribadian tidak dibangun menyusun peristiwa di atas peristiwa lainnya. Arti dan pengaruh suatu pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya. Pengalaman-pengalaman yang unik akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya karena pengalaman yang dialamai seseorang itu unik dan tidak ada seorang pun yang dapat menyamainya.
Hubungan Pembentukan Kepribadian dengan Kebudayaan
Menurut pendapat M. J. Herkovits, budaya merupakan sesuatu yang superorganik karena bersifat turun-temurun meskipun masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan adanya kelahiran dan kematian. Budaya secara langsung dapat memengaruhi perilaku dan kepribadian yang disebabkan adanya kelahiran dan kematian. Budaya langsung memengaruhi perilaku dan kepribadian individu karena individu tinggal dalam lingkungan masyarakat yang memiliki budaya itu.
Agen-agen Yang berperan Dalam Sosialisasi
·         Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang didasarkan pada hubungan darah (genealogis), dapat berupa keluarga inti (ayah, ibu, dan atau tanpa anak-anak baik  yang dilahirkan maupun diadopsi), dan keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri atas lebih dari satu keluarga inti yang mempunyai hubungan darah baik secara hirarkhi maupun horizontal.
Nilai dan norma yang disosialisasikan di keluarga adalah nilai norma dasar yang diperlukan oleh seseorang agar nanti dapat berinteraksi dengan orang-orang dalam masyarakat yang lebih luas.
·         Teman Sepermainan
Melalui lingkungan teman sepermainan seseorang mempelajari nilai-nilai dan normanorma dan interaksinya dengan orang-orang lain yang bukan anggota keluarganya. Di sinilah seseorang belajar mengenai berbagai keterampilan sosial, seperti kerjasama,mengelola konflik, jiwa sosial, kerelaan untuk berkorban, solidaritas, kemampuan untuk mengalah dan keadilan. Di kalangan remaja kelompok sepermainan dapat berkembang menjadi kelompok persahabatan dengan frekuensi dan intensitas interaksi yang lebih mantap. Bagi seorang remaja, kelompok persahabatan dapat berfungsi sebagai penyaluran berbagai perasaan dan aspirasi, bakat, minat serta perhatian yang tidak mungkin disalurkan di lingkungan keluarga atau yang lain.
·         Sekolah
Dilingkungan pendidikan/sekolah anak mempelajari sesuatu yang baru yang belum dipelajari dalam keluarga maupun kelompok bermain, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
Lingkungan sekolah terutama untuk sosialisasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai kebudayaan yang dipandang luhur dan akan dipertahankan kelangsungannya dalam masyarakat melalui pewarisan (transformasi) budaya dari generasi ke generasi berikutnya.
Fungsi sekolah sebagai media sosialisasi antara lain:
·         mengenali dan mengembangkan karakteristik diri (bakat, minat dan kemampuan)
·         melestarikan kebudayaan
·         merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan pengembangan kemampuan berfikir kritis, analistis, rasional dan objektif
·         memperkaya kehidupan dengan cakrawala intelektual serta cita rasa keindahan
·         mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dan kemandirian
·         membelajarkan tentang hidup sehat, prestasi, universalisme, spesifisitas, dll.
·         Lingkungan Kerja
Di lingkungan kerja seseorang juga belajar tentang nilai, norma dan cara hidup. Tidaklah berlebihan apabila dinyatakan bahwa cara dan prosedur kerja di lingkungan militer berbeda dengan di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi. Seorang anggota tentara akan bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan militer dengan garis komando yang tegas. Dosen atau guru lebih banyak bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebih demokratis.
·         Media Massa
Light, Keller dan Calhoun (1989) mengemukakan bahwa media massa—yang terdiri atas media cetak maupun elektronik merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayak. Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak kearah perilaku prososial maupun antisosial. Media massa juga sering digunakan untuk mengukur, membentuk atau mempengaruhi pendapat umum. Kesadaran arti penting media massa bagi sosialisasi pun telah mendorong para pendidik untuk memanfaatkan media massa. Media massa berfungsi sebagai media sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Apabila informasi yang diterima positif sesuai norma yang berlaku di masyarakat, maka akan terbentuk kepribadian yang positif,dan sebaliknya.
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Setiap individu dalam masyarakat adalah pribadi yang unik, tetapi karena mereka memperoleh tipe-tipe sosialisasi yang sangat mirip, baik yang berasal dari rumah maupun sekolah, akan banyak ciri kepribadian yang hamper serupa.
Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, dan nilai yang mempengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yng diharapkan.

*tambahan
Jenis-jenis Sosialisasi
·         Sosialisasi Primer
Yaitu sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dalam lingkungan keluarga dan menjadi pintu utama bagi seseorang dalam memasuki keanggotaan masyarakat.  Dikatakan demikian karena keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat. Dalam sosialisasi primer, peran orang orang terdekat sangat penting dalam pembentukan karakter kepribadian sesuai yang diharapkan. Dalam masa sosialisasi primer ini merupakan proses yang penting karena apapun yang diserap anak di masa ini menjadi ciri dasar kepribadian anak setelah dewasa.
·         Sosialisasi Sekunder
Merupakan tahapan selanjutnya dari sosialisasi primer. Pada sosialisasi ini, seorang individu mulai mengenal sektor-sektor baru dalam masyarakat. Individu mulai mengenal norma dan pola perilaku orang di lingkungan keluarganya.
Pola Sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.
·         Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
·          Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
Fungsi dan Tujuan Sosialisasi
1.       Fungsi
Proses sosialisasi di lingkungan masyarakat memiliki dua fungsi utama sebagai berikut :
·         Dilihat dari kepentingan individu, sosialisasi bertujuan agar individu bisa mengenal, mengakui, dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai, norma-norma, dan struktur sosial yang ada di dalam masyarakat.
·         Dilihat dari kepentingan masyarakat, sosialisasi berfungsi sebagai alat pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat, supaya tetap ada dan terpelihara oleh seluruh anggota masyarakat.
2.       Tujuan
Secara umum, sosialisasi bertujuan untuk membentuk kepribadian. Kepribadian terbentuk melalui proses mempelajari pola-pola kebudayaan. Kebudayaan yang dipelajari meliputi nilai-nilai, norma-norma, beserta sanksi-sanksi yang akan diterima bila terjadi penyimpangan. Ssetelah kepribadian terbentuk, maka manusia siap menjalankan perannya dalam kehidupan sehari-hari.
  Tipe Sosialisasi
·         Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
·         Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat dalam masyarakat atau pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat.
Baik sosialisasi formal maupun informal, keduanya tetap mengarah pada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Meskipun sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.
Proses Sosialisasi
·         Proses Internalisasi, merupakan proses panjang dan berlangsung seumur hidup sejak manusia lahir sampai meninggal dunia. dimana ia belajar membentuk kepribadian melalui perasaan, nafsu, emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
·         Proses Sosialisasi, merupakan proses individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku kelompoknya.
·         Proses Inkulturasi, merupakan proses pembudayaan seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Pola Sosialisasi Menurut Jaeger
·         Sosialisasi Represif (repressive sosialization)
Sosialisasi ini menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan, atau sosialisasi yang mengutamakan ketaatan anak pada orang tua.
Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, peran orang tua sebagai significant others.
Contoh : orang tua memberi hukuman kepada anaknya yang bandel.
·         Sosialisasi Partisipatoris (participatory socialization)
Soaialisasi ini merupakan pola dimana anak siberi imbalan ketika berperilaku baik, atau sosialisasi yang mengutamakan adanya partisipasi dari anak.
Contoh : orang tua memberi imbalan kepada anaknya perilaku yang baik.
Faktor-faktor Penghambat Interaksi
·         Kemampuan Berbahasa
Orang yang pandai berbahasa mempunyai kecenderungan dapat dengan mudah melaksanakan sosialisasi. Sebaliknya, jika sulit berbahasa maka akan sulit juga berkomunikasi. Contoh : Cacat bibir, gagap, pendiam/malu berbicara, dan kurang fasih/kurang menguasai pembicaraan.
·         Cara Bergaul
Orang yang pandai bergaul dan biasa menempatkan diri akan mudah menjalankan proses sosialisasi. Sebaliknya, yang sulit, kaku, dan kurang beretika cenderung akan menghambat sosialisasi. Kendala-kendala dalam bergaul antara lain : perbedaan golongan, status, pendidikan, dan sosial ekonomi.
Unsur-unsur Kepribadian
·         Pengetahuan
Pengetahuan berupa kemampuan membentuk konsep dan fantasi untuk mengembangkan cita-cita, gagasan, ilmu pengetahuan, dan karya seni.
·         Perasaan
Yaitu suatu keadaan dalam kesadaran manusia karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif (menyenangkan) dan negatif (tidak menyenangkan).
·         Dorongan Naluri
Adalah keinginan yang ada pada diri seseorang bersumber dari panca indra sebagai aksi yang kemudian dicerna dan diwujudkan dalam bentuk reaksi. Setiap dorongan naluri sebagai perwujudan dari keinginan manusia untuk menanggapi rangsangan tersebut. Contoh : dorongan untuk mempertahankan hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia, meniru tingkah laku sesamanya, berbakti, dan dorongan akan keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.

2 komentar:

  1. Izin copy yee buat isi blog sekolah aku -_- :D

    BalasHapus
  2. Saya kagum dengan ini, namun harusnya ada tambahan bab seperti penelitian sosial dan pengendalian sosial

    BalasHapus